Pada suatu hari aku bersama temanku, Siska sedang bersantai-santai di
pantai Carita. Kami ingin menikmati keindahan pantai dan menunggu
terbenamnya matahari. Aku dan Siska sudah lama berkenalan karena kami
satu kelas di Fakultas MIPA tetapi beda jurusan. Kalau Siska berasal
dari jurusan Fisika sedangkan aku aberasal dari jurusan Matematika.
Setelah bersantai-santai kami berjalan-jalan menyusuri pantai sambil
menikmati indahnya ombak yang saling berkejar-kejaran di permukaan laut.
Saat kami jalan-jalan tiba-tiba kami melihat ada seekor ikan berwarna
keemasan yang sedang megap-megap di suatu kubangan kecil. Lalu kami
menghampiri ikan itu dan aku memegangnya. Sesaat setelah aku pegang ikan
itu suatu keanehan terjadi, ikan itu berkedip-kedip dan mengeluarkan
air mata seperti menangis.
"Wah, ikan ini aneh sekali. Kok bisa berkedip-kedip ya?"
"Iya ya, itu bukan ikan sembarangan atau jangan-jangan itu ikan siluman."
"Mungkin pendapatmu betul juga, Sis. Soalnya seumur-umur aku belum pernah melihat ada ikan bisa berkedip-kedip bahkan menangis."
"Sebaiknya taruh saja ikan itu di laut, Yas. Aku tidak mau terjadi hal yang tidak-tidak kalau kita membawa ikan ini."
Setuju atas saran temanku akhirnya aku berjongkok untuk melepaskan ikan
itu ke laut. Kemudian hal aneh terjadi lagi, setelah aku lepas, kami
melihat ikan itu melompat-lompat setinggi kurang lebih 10 meter sebanyak
7 kali.
Aku pun berdecak kagum.
"Wah, luar biasa baru kali ini aku melihat ikan bisa melompat setinggi
itu. Mungkin pendapatmu benar juga ya, Sis. Ikan itu mungkin ikan
siluman."
Kami cukup lama terpana melihat keanehan tersebut. Setelah terdiam cukup lama akhirnya Siska membuka pembicaraan.
"Yas, kamu mau ikut aku nggak ke Kalimantan pas liburan nanti, sekalian berkenalan dengan orang tua dan nenekku?"
Aku berpikir sejenak.
"Ya, boleh juga sekalian aku mau menikmati suasana di luar Jawa."
Setelah kami berbincang-bincang cukup lama, tak lama kemudian matahari pun terbenam dan kami pun pulang ke rumah masing-masing.
Saat liburan yang dinantikan pun tiba. Aku bersama Siska pergi ke
Kalimantan dengan menggunakan kapal laut. Kami mendapatkan tempat di dek
3.Dan mendapatkan pinjaman kasur lipat yang merupakan fasilitas dari
pihak kapal. Kapal itu berangkat dari Tanjung Priok sekitar pukul 6 sore
yang kira-kira akan tiba di Kalimantan 36 jam kemudian. Tak terasa
waktu telah menunjukkan pukul 10 malam dan kami pun memgantuk setelah
ngobrol cukup lama.
Tak lama kemudian aku terbangun dan merasakan gelisah. Kemudian aku
berjalan-jalan di sekitar kapal tetapi aku melihat semua penumpang di
kapal ini tertidur pulas. Aku berjalan sendirian di kapal itu. Sampai
aku berniat untuk pergi menuju pinggir kapal untuk melihat-lihat air
laut. Kemudian tibalah aku di pinggir kapal tetapi sesaat setelah itu
aku merasakan ada sepasang tangan kokoh yang mengangkatku dan
melemparkanku ke laut. Pada saat itu aku tak bisa berbisa apa-apa. Dan
aku tercebur ke laut sambil berteriak-teriak minta tolong, tetapi hal
iti sia-sia karena tak seorang pun yang mendengar teriakanku. Karena
percuma saja aku berteriak kemudian aku mencari-cari benda di sekitarku
untuk di jadikan pelampung. Dan lagi-lagi usahaku sia-sia karena
permukaan laut itu sangat bersih dan tak di jumpai benda apapun untuk di
jadikan pelampung dan kapal yang aku tumpangi semakin jauh dari
pandanganku. Setelah semuanya sia-sia akhirnya aku kelelahan dan tak
sadarkan diri.
Pada saat aku siuman aku mendapatkan diriku berada di kamar yang sangat
indah dan mewah dan aku terbaring di sebuah dipan berukir indah dengan
tilam yang tebal dan empuk serta bersepreikan kain sutera halus yang
dihiasi dengan benang dari emas. Saat aku bangun aku menjumpai seorang
wanita yang sangat cantik luar biasa yang mengenakan mahkota emas di
kepalanya dan memakai pakaian seorang ratu yang dihiasi dengan emas
intan permata yang melekat di bagian tertentu.
"Di mana aku ini dan siapakah anda?"
"Sekarang engkau berada di istanaku dan akulah penguasa di isatana ini.
Kalau engkau ingin tahu namaku panggil saja aku Asmarani dan siapakah
namamu?" Tanya Asmarani seraya mengulurkan tangannya.
Aku sangat terpesona memandang kecantikannya yang tak dapat di tandingi
oleh seluruh wanita cantik di dunia ini. Kemudian sambil mengulurkan
tanganku aku memperkenalkan diri kepadanya.
"Namaku Yasir dan aku masih kuliah. Lalu mengapa engkau membawaku kesini?"
"Aku membawamu kesini karena engkaulah yang telah menolongku."
"Kita kan baru berkenalan bagaimana caranya aku telah menolongmu?" tanyaku dengan heran.
"Kau masih ingat saat engkau bersama temanmu di pantai Carita dan menemukan seekor ikan yang megap-megap?"
Kemudian aku berpikr sejenak.
"Ya, saya ingat menemukan seekor ikan di pantai itu. Lalu apa hubungannya denganmu?" tanyaku.
"Karena akulah ikan itu."
Aku sangat terkejut mendengar pengakuannya.
"Bagaimana ceritanya engkau menjadi seekor ikan?"
"Pada intinya begini, suatu saat iblis pengusa laut Cina Selatan ingin
merampas daerah kekusaanku. Kemudian aku bertarung dengannya dan
berhasil mengalahkan iblis tersebut tetapi setelah itu aku kehabisan
tenaga sehingga tidak dapat berjalan menuju ke laut. Maka dari itu aku
berubah menjadi ikan dengan harapan ada orang yang mau memindahkanku ke
laut. Dan saat itu aku punya nazar barang siapa yang menaruh ikan itu ke
laut jika dia laki-laki maka akan kujadikan pendamping hidupku."
Aku sangat terkejut mendengar ucapannya pada kalimat terakhir.
"Berarti aku akan menjadi suamimu. Dan setelah menjadi suamimu apakah aku bisa kembali ke dunia?"
"Bisa, tetapi setelah engkau kembali ke dunia aku harap engkau menjengukku di sini secara rutin."
Akhirnya aku pun menyetujui permintaannya. Setelah itu kami pun keluar
kamar untuk melaksanakan akad nikah di sekitar istana tersebut. Saat
diluar kamar aku sangat mengagumi kemegahan dan keindahan istana itu.
Tak ada satu istanapun di dunia ini yang dapat menandingi istana milik
Asmarani.
Pelaksanaan akad nikah berjalan dengan lancar dan disertai dengan pesta
yang sangat mewah dan meriah selama sebulan penuh. Kami pun duduk di
singgasana pelaminan yang sangat indah sambil menikmati hiburan yang di
selenggarakan oleh istana.
Setelah cukup lama menikmati hiburan tersebut Asmarani menggandengku
untuk menuju ke kamar pengantin yang telah di persiapkan semenjak pesta
di mulai. Akhirnya kami tiba di kamar pengantin dan Asmarani mengunci
pintu kamar.
Aku berdecak kagum atas keindahan dan kemewahan kamar pengantin itu.
Kamar yang cukup luas bahkan lebih luas daripada rumah kontrakanku dan
aroma wewangian kamar yang sangat harum semerbak.
Kemudian Asmarani membimbingku untuk menuju ke ranjang pengantin. Aku
kembali kagum atas keindahan ranjang pengantin itu. Ranjang itu
bersepreikan kain sutera halus mengkilat dan berwarna merah muda dan
dihiasi dengan aneka ragam bunga surgawi.
"Hai Yasir, sekarang kita telah resmi menjadi suami istri."
"Ya, Aku telah resmi menjadi suamimu."
"Kalau begitu ayolah tunggu apalagi?"
Kemudian aku mendekati Aamarani dan duduk berhadapan diatas ranjang
pengantin. Aku menatapnya sambil membelai-belai rambutnya yang panjang
hitam mengkilap dan sangat bagus sekali.
"Asmarani..
"Ya?"
"Rambutmu bagus sekali."
"Ah, Yasir. Nanti dari ujung rambut sampai ujung kaki diriku semuanya akan menjadi milikmu karena aku resmi menjadi istrimu."
Kami terdiam sejenak.
"Yasir..
"Ya?"
"Apakah engkau mencintaiku?"
"Ya, selain kecantikanmu tak ada yang dapat menandingi, engkau telah resmi menjadi istriku. Makanya aku sangat mencintaimu."
"Sungguh?"
"Ya."
Kami saling menatap dan aku tahu apa yang sangat diharapkan oleh
Asmarani. Lalu aku mendekati wajahnya dan melabuhkan ciuman ke bibirnya
yang lembut itu. Dan Asmarani pun menyambut ciuman itu dengan hangat.
Kemudian kami saling melumat bibir, saling memilin lidah dan saling
menggelitik di rongga mulut masing-masing. Hingga kami larut dalam
ciuman yang cukup panjang. Asmarani begitu agresif dalam permainan itu,
membuat nafsu birahiku sedikit memuncak. Dan kami saling melepas ciuman
itusetelah hampir kehabisan nafas dan terengah-engah.
Kami saling menarik nafas dan menghempaskannya berlahan.
"Ahh..!desah Asmarani.
Lalu aku merebahkan tubuh Asamarani dan memeluknya di atas ranjang pengantin. Dan Asmarani pun balas memelukku dengan hangat.
"Yasir..
"Ya?"
"Aku sangat bahagia berada di pelukanmu."
"Oh ya?"
"Ya, aku tak mau lepas dari pelukan hangatmu."
"Tidak, sayang. Aku tak akan melepaskan pelukanku yang membuatmu begitu hangat."
Kami saling menatap dan saling melabuhkan ciuman lagi. Kali ini cumbuan
begitu dahsyat dan keduanya melepaskan pakaian. Asmarani melepaskan
pakaianku dan aku melepaskan pakaian pengantin Asmarani beserta atribut
keratuannya. Kami sama-sama membiarkan tubuh telanjang tanpa sehelai
benangpun yang melekat, hingga dalam beberapa saat saja kedua pakaian
pengantin kami sudah berserakan di atas permadani yang sangat indah.
Asmarani sangat menikmati sentuhan-sentuhan bibirku, dan berulang kali
aku mencumbunya dengan bibirku. Setelah itu aku mengalihkan ciuman ke
leher jenjang Asmarani, menjilati, mencium di balik telinga, dan lidahku
menggelitik di lubang telinganya yang bersih dan harum, Asmarani
mendesah karena kenikmatan yang menggelora dalam tubuhnya mengalir
deras.
"Ouuhh.."desah Asmarani.
Aku mengalihkan ciuman agak ke bawah dan menatap dua buah payudara yang
lembut bagai salju dan masih kencang, meremas dengan tangan secara
berlahan dan mulutku mencucup puting susu yang mungil yang membuatku
gemas untuk mempermainkannya. Asmarani makin menggelinjang dan
menggeliat-geliat.
"Oouuhh.." desah Asmarani lirih.
Lalu aku menjilati seluruh tubuhnya yang putih mulus tanpa cacat itu,
hingga sampai ke bawah pusar dan menatap vagina Asmarani yang di tumbuhi
bulu-bulu lembut. Aku terus menatap vaginanya yang belum di jamah oleh
siapapun, dan baru kali ini Asmarani menyerahkan kesuciannya kepadaku
yang telah resmi menjadi suaminya.
"Oh Yasir lakukanlah, aku sudah tak tahan lagi."
Lalu aku menelentangkan tubuh Asamarani di atas ranjang pengantin. Dan
dan aku siap menghujamkan senjata andalanku yang sudah menegang ke dalam
gua pribadi Asmarani yang sudah lembab.
Kemudian aku merangkak naik dan menindih tubuh Asmarani yang susah
sangat bergairah itu. Kemudian Asmarani membantu penis milikku untuk
masuk ke vaginanya dengan nerenggangkan pahanya., tetapi senjata milikku
itu tidak bisa langsung menembus benteng bertahanannya, dan sesekali
terpeleset. Asmarani memang masih suci dan belum pernah melakukan itu,
dan wajar jika aku agak kesulitan memasukkan senjataku ke gua
pribadinya.
Setelah berkali-kali mencoba dengan bersusah payah akhirnya senjata andalanku bisa melesak ke dalam secara perlahan-lahan.
"Ouuhh.." desah Assamarani lirih karena merasa sedikit nyeri pada kedua pahanya.
Kami berhenti sejenak saat kepala penisku sudah berada dirahimnya. Lalu
dengan gerakan perlahan aku menggerakkan pantat naik turun teratur, dan
Asmarani membantu dengan menggoyangkan pantatnya. Cukup lama kami memacu
dalam birahi kenikmatan di atas ranjang pengantin itu. Hal itu terus
kami lakukan sampai suatu saat Asmarani yang berada di bawah tubuhku
dengan memeluknya sangat ketat mendorongku ke samping sampai aku
terlentang diatas ranjang pengantin itu, kemudian Asmarani menindih
tubuhku dan memeluknya dengan ketat seakan tak mau lepas, dalam posisi
itu kami kembali memacu dalam birahi dan Asmarani menggyangkan pantatnya
sambil melumat bibirku.
Kami melakukan itu berulang-ulang selama semalam suntuk sampai kami
berkeringat dan puncak kepuasan akan kami rengkuh. Kami melenguh puas
sambil terkulai di atas ranjang pengantin yang sepreinya sudah
acak-acakan tak karuan karena kebinalan Asmarani dan aku juga. Dan saat
itu letupan spermaku meleleh karena cukup lama menyetubuhi Asamarani,
istriku. Serta kami sama-sama merasakan kepuasan dan kenikmatan yang
begitu dahsyat yang baru kami dapatkan.
0 komentar:
Posting Komentar